ZDIRY-TUFWT-EBONM-EYJ00-IDBLANTER.COM
ZDIRY-TUFWT-EBONM-EYJ00
BLANTERWISDOM105

GUS DUR KU, GUS DUR MU, GUS DUR KITA

Kamis, 21 Januari 2021

Bertentangan dengan dalil, benarkah?

"Aku berkata kepada Sufyan Ats-Tsauri.", kata seorang Syaikh besar, Sufyan ibn 'Uyainah pada suatu hari, "Nasihatilah aku." Ats-Tsauri pun menjawab, "Sedikitlah mengenal manusia." "YarhamukalLaah. Semoga Allah merahmatimu.", balas Ibnu 'Uyaynah. "Bukankah telah datang khabar, 'Perbanyaklah mengenal manusia. Sungguh, ada syafa'at (pertolongan) pada setiap mukmin.'"

Kedua imam tersebut pun berdialog. Ats-Tsauri menyarankan Ibnu Uyaynah sedikit mengenal manusia, sementara Ibnu 'Uyaynah menganggap saran Ats-Tsauri bertentangan dg khabar. Lalu, dijawablah oleh Ats-Tsauri bahwa Ibnu Uyaynah hanya akan melihat sesuatu yang dia tidak sukai, melainkan dari orang yang ia kenal. Sementara dari orang yang tidak dikenal, beliau tidak akan merasakan hal tersebut.

Artinya, semakin banyak kita mengenal seseorang, maka semakin banyak pula ia akan melihat apa yang dia tidak suka dari orang tersebut. Itulah inti nasihat Sufyan Ats Tsauri. (Minhajul Abidin Imam Al Ghazali)

Dialog di atas hanyalah salah satu contoh di mana ulama salafush shalih terkadang memberikan pernyataan yang terlihat "bertentangan" dengan dalil. Sangat terlihat, bagaimana awalnya Ibnu Uyaynah menyanggah nasihat Ats-Tsauri agar ia sedikit mengenal manusia, sementara terdapat khabar anjuran memperbanyak mengenal manusia.

Apakah benar bahwa Ats-Tsauri menentang dalil? Ternyata tidak. Justru nasihat beliau berdasar perenungan mendalam tentang berbagai dalil dan kondisi diri serta sosial di sekitarnya.

Hal inilah yang tepat dialami oleh seorang guru bangsa yang bernama Abdurrahman Ad-Dakhil, atau yang akrab dipanggil Gus Dur. Beliau dikenal memberikan statemen yang terlihat "asing" dan "bertentangan" dengan nash yang ada, namun sebenarnya keluar dari kedalaman ilmu dan ketajaman pemikiran yang beliau miliki.

Masih bisa dijelaskan

Statemen dan perilaku Gus Dur sebenarnya masih sangat bisa dijelaskan. Sebagai contoh, ketika beliau dianggap getol menyuarakan pluralisme, sebagian orang menganggap beliau mengatakan semua agama itu sama. Padahal, beliau sendiri menyampaikan bahwa semua agama tidak sama. Persamaan ada pada derajat manusia, sehingga kita perlu menganggap pemeluk agama lain sebagai sesama manusia.

Beliau pun keluar masuk gereja. Orang menganggap beliau dibaptis. Padahal, seperti diceritakan oleh banyak orang, beliau berkepentingan untuk menyampaikan ayat ayat Allah kepada para pendeta dan ummat kristiani. Beliau pun berkepentingan untuk menjaga iman para pegawai seperti satpam, tukang sapu, cleaning servis yang bisa saja muslim.

Ketika beliau ingin mendirikan Kedutaan Besar di Israel, banyak pihak menuding beliau pro Zionis. Anggapan ini sangat keliru. Beliau 100 persen mendukung perjuangan pejuang Palestina. Justru dengan adanya kedutaan besar di Israel, maka terbuka peluang untuk berjuang lewat jalur diplomasi. Bukankah kita diajari sejarah, bahwa sebagian ijtihad ulama kita dahulu dalam melawan penjajah Belanda adalah dengan justru koopratif kepada mereka?

Kiranya, masih banyak perilaku beliau yang menimbulkan banyak kontroversi, namun sebenarnya timbul dari pemikiran beliau yang sangat mendalam. Akan sangat panjang jika semuanya dituliskan. Cukup beberapa contoh di atas menjadi hujjah bahwa beliau tidak asal berbuat dan mengeluarkan statemen.

Berani dan Konsisten, namun Luwes dalam hal yang Tidak Prinsip.

Salah satu ciri khas beliau adalah keras dan konsisten dalam masalah pokok. Beliau dengan tegas dan kekeh terus mempertahankan NKRI sebagai bentuk negara, dan tidak segan segan mengambil keputusan yang berani. Jika ada praktek politik, pemerintahan, maupun kemasyarakatan yang bertentangan dengan Pancasila dan UUD 45, maka tidak segan beliau kritik dan lawan.

Beliau dengan entengnya ingin membubarkan kementrian sosial, karena dianggap sebagai lumbung koruptor. Dengan santainya mengangkat mentri tanpa lobi politik. Beliau percaya diri meskipun bersebrangan dengan koalisi politiknya sekalipun. Hingga terkenal jargon yang sering kita dengar dan menggema di mana mana, "Gitu aja kok repot."

Baca juga : MEREKAM SEKILAS GAGASAN GUS DUR DAN MEMBACA KONTRIBUSINYA


Paket Komplit yang Suka Asal Dicomot

Salah satu kritik yang ingin saya ajukan kepada kawan kawan pengagum Gus Dur adalah kita sering mencomot sebagian sisi Gus Dur, dan melupakan sisi yang lain.

Kita menganggap beliau bapak pluralisme, menghormati semua agama, dan suka bercanda. Anggapan itu tentu benar, namun Gus Dur tidak hanya itu.

Beliau sangat rutin membaca Al Quran, bahkan di sela sela kesibukan dan istirahat beliau. Beliau hobi bersedekah sirr (rahasia) yang banyak sekali orang tidak tahu. Beliau berwawasan luas, banyak membaca, dan banyak berfikir. Pula, di atas segala kecerdasan dan pengaruh beliau, beliau adalah orang yang selalu merasa menjadi santri yang harus taat kepada guru guru beliau. Sami'naa wa atha'naa. Itulah sebagian kecil dimensi beliau yang banyak orang tahu, namun mereka lupakan. Selayaknya, kita, sebagai pengagum beliau, melihat beliau seutuhnya, selengkapnya, hingga kita tidak salah sangka dalam menilai beliau.

Bapak Bangsa. Bapak Kita Semua

Akhir Risalah, kita patut berbangga memiliki tokoh yang dicintai oleh banyak kalangan, bukan hanya oleh ummat muslim, namun juga oleh saudara kita yang non muslim. Laku beliau menjadi contoh, prinsip beliau menjadi teladan. Maka, layaknya Abdurrahman Ad-Dakhil dari Dinasti Umayyah yang berhasil memimpin dan memajukan Spanyol, kita pun memiliki Abdurrahman Ad-Dakhil bin Wahid Hasyim yang memajukan cara berfikir manusia di Indonesia. Mungkin, 1000 tahun lagi pun kita tidak akan menemukan orang seperti beliau. Oleh karena itu, kita patut berbangga karena Indonesia memiliki beliau

WalLaahu A'lam

 

Penulis : Muhammad Ibnu Salamah


Share This :

0 Comments