ZDIRY-TUFWT-EBONM-EYJ00-IDBLANTER.COM
ZDIRY-TUFWT-EBONM-EYJ00
BLANTERWISDOM105

Rasulullah, Perjanjian Hudaybiyah, dan Muslim Pentul Korek

Rabu, 22 Maret 2023


Kala itu, sebagian sahabat Rasul tertunduk. Hati mereka seakan tidak puas dengan keputusan perjanjian yang Utusan Tuhan setujui
.
Suhail ibn Amr, utusan Quraisy waktu itu (Suhail akhirnya menjadi pejuang muslim yang baik) menolak penulisan nama "Muhammad, Rasulullah" di dalam Perjanjian Hudaibiyah dan menggantinya dengan "Muhammad, Putra Abdullah" Setelah itu, ia dengan strateginya memaksa agar pasukan muslim mundur dan tidak melakukan haji pada tahun itu
.
Padahal, belum hilang dari telinga mereka sebuah sabda Rasul yang menjanjikan bahwa kaum muslimin dapat berhaji di Batullah. Kepulangan mereka ke Madinah, tanpa melakukan perlawanan sedikitpun, membuat darah juang, semangat syahid, dan keberanian kaum muslimin seakan tertampar dengan tamparan yang begitu keras
.
Sungguh, mereka telah bertekad, dan bersumpah untuk berperang di bawah pohon jika diperlukan waktu itu. Tanpa senjata tempur, hanya pisau-pisau kecil yang tersarungkan untuk keperluan dapur. Tapi, ketika waktu itu tiba, dan kesempatan itu tiba, Rasulullah menitahkan pulang, sebuah kata yang lebih mereka benci dari kematian.
.
"Ya Rasulullah", sergah Sayyiduna Umar. Beliau yang tidak puas mencoba membujuk sang Rasul untuk tidak mundur. Bagi beliau, kaum muslimin berada di jalan yang haqq, benar, dan terang, sedang musuh berada di jalan yang bathil dan gelap. Tak sepantasnya mundur. Tak sepantasnya menyerah.
.
Tapi, Sang Utusan tetap tidak bergeming dengan keputusannya. Para sahabat yang lain pun sama, kecewa. Semangat mereka yang terbakar seakan-akan langsung disiram dengan air dingin. Bukan tenang, malah semakin panas terasa di dalam dada.
.
Hal ini terlihat ketika beliau memerintahkan mereka untuk menyembelih kurban, kaum muslimin masih enggan, hingga beliau sendiri yang mengambil tindakan penyembelihan, tanpa berkata-kata. Para sahabatpun akhirnya taat. Mereka menyembelih kurban sesuai perintah Rasulullah
.
Itulah jiwa muda di masa Rasul. Terkadang, ada kekecewaan dan ketidaksetujuan. Namun, mereka tetap mengindahkan dan menghormati perintah beliau. Adab para sahabat tetap mengutamakan kesantunan dan kepatuhan terhadap Rasul Allah
.
Pada masa ini, ma syaa Allah, terhadap jiwa-jiwa muda yang siap mati, membela Islam, dan bersemangat dalam menegakkan syariat Allah. Hampir seperti para sahabat yang bersiap mati pada perjanjian Hudaibiyah tadi.
.
Akan tetapi, segolongan dari kita lupa dengan adab dan tatakrama, lupa dengan contoh para sahabat yang mempercayai pemimpin mereka, lupa dengan patokan bahwa pemikiran ulama yang sudah sepuh tentulah menimbang berbagai aspek yang perlu diperhatikan
.
Saudara kita ini seakan lepas kendali. Jiwa muda yang tidak teratur dan mau diatur. Alih-alih mencoba mencerna apa yang diputuskan para kiai sepuh, mereka justru menghardik dan menghina para ulama sepuh ini
.
Pada kasus perjanjian Hudaibiyah, Sayyidina Umar akhirnya sadar dengan protesnya kepada Nabi. Beliau pun menetapkan kafarat utk dirinya sendiri berupa berpuasa selama satu tahun. Adapun untuk jiwa muda yang sudah kelewatan dengan para kiai sepuh, saya berharap agar kita semua jangan menjadi seorang muslim pentol korek. Jangan menjadi seorang muslim dengan mudah terbakar dengan api yang menjalar.
.
Berusahalah menjadi muslim yang masih hormat dengan keputusan-keputusan alim ulamanya, kepada apalagi mereka yang sudah terbiasa makan asam garam kehidupan. Agar kita tidak menyesal di kemudian hari. Agar adab shahabi Rasulillah masih kita teruskan hingga kini
Share This :

0 Comments