Foto : Misbahul Munir |
Suatu ketika, Habib Umar Muthahhar menceritakan bahwa Habib Ja'far Al Kaff (Allah Yarham) mensyahadatkan orang di dalam kubur. Kemudian, orang dalam kubur tersebut mendatangi ahli warisnya dan memerintahkan mereka untuk masuk Islam. Islam lah seluruh ahli waris tersebut karena dimimpikan kerabat mereka yang telah meninggal itu.
Benarkah kisah itu?
Wallaahu A'lam. Jika melihat siapa yang menceritakan (Habib
Umar Muthohhar), tentu bagi kita yang mencintai beliau akan sepenuhnya percaya.
Akan tetapi, bagi yang tidak mengenal beliau, kiprah dakwah beliau, atau
menganggap kisah-kisah seperti itu bertentangan dengan syariat, maka akan
mendustai beliau, menyangsikan kesaksian beliau.
Logika yang akan diutarakan seperti ini "Jika benar demikian, maka berarti ia menganggap bahwa Habib tersebut lebih mulia daripada Nabi Muhammad. Karena Nabi Muhammad tidak pernah mensyahadatkan orang di dalam kubur." Sungguh, itu logika yang keliru.
Lalu, bagaimana kaidah dan logika yang benar ketika menghadapi cerita mengenai karomah para wali? Ketika kita mendengar kisah mukjizat para Nabi, dan karomah para wali yang terlihat sangat luar biasa, maka keyakinan yang perlu kita munculkan adalah bahwa Nabi Muhammad itu dimampukan Allah melakukan itu semua, bahkan lebih dari itu, namun tidak beliau lakukan krn alasan-alasan tertentu
Adapun alasan paling masyhur adalah beliau tidak ingin memberatkan ummatnya, atau karena beliau ingin agar beliau sama seperti umatnya. Jadi, Nabi Muhammad sangat mampu mengendalikan jin dan binatang seperti Nabi Sulaiman, pada hakikatnya lebih tampan dari Nabi Yusuf, lebih mampu menyembuhkan org sakit bahkan menghidupkan orang mati seperti Nabi Isa. Alaihimus salaam.
Ketika ada wali yang terkenal memiliki karomah yang bermacam-macam:
mengislamkan orang hanya dengan doa, tidak makan puluhan tahun, berjalan
mengelilingi bumi hanya berapa menit, Nabi Muhammad lebih mampu melakukannya.
Kaidah ini berlaku untuk semua kisah kisah mengenai mukjizat para Nabi dan
karomah para Wali: untuk menunjukkan ketinggian derajat Rasulullah.
Jadi, dalam kasus di atas, kita harus berkeyakinan: Jika Habib Ja'far saja mampu melakukan hal itu, apalagi Rasulullah. Bukan dibalik bahwa cerita tersebut menunjukkan Habib Ja'far lebih mulia dari Rasulullah. Tidak semua yang mampu beliau lakukan, beliau langsung lakukan bukan?
Beliau mampu dan diberi kesempatan untuk merubah gunung
menjadi emas, namun beliau tidak lakukan. Beliau mampu mendatangkan azab bagi
penduduk kota Mekkah, namun beliau tidak lakukan. Beliau mampu melakukan
perjalanan Isra' dari Mekkah ke Palestina hanya dalam waktu semalam, bahkan
ditambah naik ke langit, namun tetap menempuh perjalanan berhari hari ketika
hijrah ke Madinah.
Jadi, melihat mukjizat dan karomah juga harus dilandasi ilmu. Jika tidak, ada talbis iblis di situ.
Yang paling aneh, beliau kota Ilmu, namun ditakdirkan tidak
bisa membaca. Bagaimana bisa orang sedemikian hebatnya, cerdas, namun tidak
bisa baca tulis? Bukankah beliau bisa belajar kpd para sahabatnya?
Mungkinkah beliau belajar baca dan bisa baca tulis? Mungkin.
Tapi, sampai akhir hayat beliau, kita tetap diberi keyakinan bahwa beliau tidak
bisa baca tulis untuk menunjukkan bahwa Al Quran bukan karangan beliau.
Adapun jika kisah tersebut terlihat bertentangan dengan syariat,
maka memang sudah menjadi kebiasaan Allah untuk memberikan satu dua contoh
bahwa kuasa Allah tidak terikat dengan syariat, atau aturan hukum dan ilmu yang
diketahui oleh manusia.
Nabi Isa terlahir tanpa ayah. Nabi Yahya terlahir dari Ibu
dan Ayah yang sudah renta. Nabi Khidhir membunuh seorang anak kecil yang masih
belum memiliki dosa. Itu semua tugasnya para Nabi, para wali: menunjukkan
kekuasaan Allah yang tidak terbatas. Jadi, tidak bisa contoh oleh orang awam
seperti kita.
Sekali lagi, semua kemampuan para Nabi dan wali adalah utk
menunjukkan ketinggian derajat Nabi Muhammad. Adapun ketinggian derajat Nabi
Muhammad utk menunjukkan ketinggian Allah yang menciptakan Nabi Muhammad dan
seluruh makhluk.
Ketika Nabi Muhammad kasih sayang kepada umatnya, maka Allah
lebih berkasih sayang kepada umat-Nya. Ketika Nabi berharap ummatnya bertaubat,
Allah lebih ingin agar umatNya bertaubat. Para Nabi, Rasul, dan para wali saja
begitu hebat kemuliaan dan karomahnya, apalagi Pencipta mereka, Allah
subhaanahu wa ta'aalaa
Bukankah Allah telah berfirman, jika Dia mau, maka Dia bisa menjadikan semua manusia beriman kepada Allah? Jadi, melihat mukjizat dan karomah juga harus dilandasi ilmu. Jika tidak, ada talbis iblis di situ. Yang setuju tapi bodoh, mengatakan karomah itu begini begini, padahal itu hanya tipudaya jin setan, yang ga setuju tp bodoh juga mengatakan itu sihir, tahayul, churafat. Begitulah. Manusia memiliki bermacam macam sikap dan kepribadian.
Satu hal yang jelas, Allah memiliki wali (kekasih). Itu nash
Quran hadisnya jelas. Titik. Jadi, haram untuk mendustai adanya para wali atau
kekasih kekasih Allah. Adapun pemahaman mengenai apa, siapa, dan bagaimana keadaan
kekasih Allah tersebut, tergantung dari sudut pandang mana seseorang
memahaminya.
Wallaahu A'lam
Penulis : Muhammad Ibnu Salamah
0 Comments