ZDIRY-TUFWT-EBONM-EYJ00-IDBLANTER.COM
ZDIRY-TUFWT-EBONM-EYJ00
BLANTERWISDOM105

KAIDAH UMUM MENYIKAPI MUKJIZAT PARA NABI DAN KAROMAH PARA WALI

Selasa, 15 Juni 2021

Foto : Misbahul Munir

Suatu ketika, Habib Umar Muthahhar menceritakan bahwa Habib Ja'far Al Kaff (Allah Yarham) mensyahadatkan orang di dalam kubur. Kemudian, orang dalam kubur tersebut mendatangi ahli warisnya dan memerintahkan mereka untuk masuk Islam. Islam lah seluruh ahli waris tersebut karena dimimpikan kerabat mereka yang telah meninggal itu.

Benarkah kisah itu?

Wallaahu A'lam. Jika melihat siapa yang menceritakan (Habib Umar Muthohhar), tentu bagi kita yang mencintai beliau akan sepenuhnya percaya. Akan tetapi, bagi yang tidak mengenal beliau, kiprah dakwah beliau, atau menganggap kisah-kisah seperti itu bertentangan dengan syariat, maka akan mendustai beliau, menyangsikan kesaksian beliau.

Logika yang akan diutarakan seperti ini "Jika benar demikian, maka berarti ia menganggap bahwa Habib tersebut lebih mulia daripada Nabi Muhammad. Karena Nabi Muhammad tidak pernah mensyahadatkan orang di dalam kubur." Sungguh, itu logika yang keliru.

Lalu, bagaimana kaidah dan logika yang benar ketika menghadapi cerita mengenai karomah para wali? Ketika kita mendengar kisah mukjizat para Nabi, dan karomah para wali yang terlihat sangat luar biasa, maka keyakinan yang perlu kita munculkan adalah bahwa Nabi Muhammad itu dimampukan Allah melakukan itu semua, bahkan lebih dari itu, namun tidak beliau lakukan krn alasan-alasan tertentu

Adapun alasan paling masyhur adalah beliau tidak ingin memberatkan ummatnya, atau karena beliau ingin agar beliau sama seperti umatnya. Jadi, Nabi Muhammad sangat mampu mengendalikan jin dan binatang seperti Nabi Sulaiman, pada hakikatnya lebih tampan dari Nabi Yusuf, lebih mampu menyembuhkan org sakit bahkan menghidupkan orang mati seperti Nabi Isa. Alaihimus salaam.

Ketika ada wali yang terkenal memiliki karomah yang bermacam-macam: mengislamkan orang hanya dengan doa, tidak makan puluhan tahun, berjalan mengelilingi bumi hanya berapa menit, Nabi Muhammad lebih mampu melakukannya. Kaidah ini berlaku untuk semua kisah kisah mengenai mukjizat para Nabi dan karomah para Wali: untuk menunjukkan ketinggian derajat Rasulullah.

Jadi, dalam kasus di atas, kita harus berkeyakinan: Jika Habib Ja'far saja mampu melakukan hal itu, apalagi Rasulullah. Bukan dibalik bahwa cerita tersebut menunjukkan Habib Ja'far lebih mulia dari Rasulullah. Tidak semua yang mampu beliau lakukan, beliau langsung lakukan bukan?

Beliau mampu dan diberi kesempatan untuk merubah gunung menjadi emas, namun beliau tidak lakukan. Beliau mampu mendatangkan azab bagi penduduk kota Mekkah, namun beliau tidak lakukan. Beliau mampu melakukan perjalanan Isra' dari Mekkah ke Palestina hanya dalam waktu semalam, bahkan ditambah naik ke langit, namun tetap menempuh perjalanan berhari hari ketika hijrah ke Madinah.

Jadi, melihat mukjizat dan karomah juga harus dilandasi ilmu. Jika tidak, ada talbis iblis di situ.

Yang paling aneh, beliau kota Ilmu, namun ditakdirkan tidak bisa membaca. Bagaimana bisa orang sedemikian hebatnya, cerdas, namun tidak bisa baca tulis? Bukankah beliau bisa belajar kpd para sahabatnya?

Mungkinkah beliau belajar baca dan bisa baca tulis? Mungkin. Tapi, sampai akhir hayat beliau, kita tetap diberi keyakinan bahwa beliau tidak bisa baca tulis untuk menunjukkan bahwa Al Quran bukan karangan beliau.

Adapun jika kisah tersebut terlihat bertentangan dengan syariat, maka memang sudah menjadi kebiasaan Allah untuk memberikan satu dua contoh bahwa kuasa Allah tidak terikat dengan syariat, atau aturan hukum dan ilmu yang diketahui oleh manusia.

Nabi Isa terlahir tanpa ayah. Nabi Yahya terlahir dari Ibu dan Ayah yang sudah renta. Nabi Khidhir membunuh seorang anak kecil yang masih belum memiliki dosa. Itu semua tugasnya para Nabi, para wali: menunjukkan kekuasaan Allah yang tidak terbatas. Jadi, tidak bisa contoh oleh orang awam seperti kita.

Sekali lagi, semua kemampuan para Nabi dan wali adalah utk menunjukkan ketinggian derajat Nabi Muhammad. Adapun ketinggian derajat Nabi Muhammad utk menunjukkan ketinggian Allah yang menciptakan Nabi Muhammad dan seluruh makhluk.

Ketika Nabi Muhammad kasih sayang kepada umatnya, maka Allah lebih berkasih sayang kepada umat-Nya. Ketika Nabi berharap ummatnya bertaubat, Allah lebih ingin agar umatNya bertaubat. Para Nabi, Rasul, dan para wali saja begitu hebat kemuliaan dan karomahnya, apalagi Pencipta mereka, Allah subhaanahu wa ta'aalaa

Bukankah Allah telah berfirman, jika Dia mau, maka Dia bisa menjadikan semua manusia beriman kepada Allah? Jadi, melihat mukjizat dan karomah juga harus dilandasi ilmu. Jika tidak, ada talbis iblis di situ. Yang setuju tapi bodoh, mengatakan karomah itu begini begini, padahal itu hanya tipudaya jin setan, yang ga setuju tp bodoh juga mengatakan itu sihir, tahayul, churafat. Begitulah. Manusia memiliki bermacam macam sikap dan kepribadian.

Satu hal yang jelas, Allah memiliki wali (kekasih). Itu nash Quran hadisnya jelas. Titik. Jadi, haram untuk mendustai adanya para wali atau kekasih kekasih Allah. Adapun pemahaman mengenai apa, siapa, dan bagaimana keadaan kekasih Allah tersebut, tergantung dari sudut pandang mana seseorang memahaminya.

Wallaahu A'lam


Penulis : Muhammad Ibnu Salamah

Share This :

0 Comments