Nama lengkapnya adalah Abu al-Mughis
al-Husain bin Mansur bin Muhammad al-Baidawi, dan lebih dikenal dengan nama
al-Hallaj. Dia dilahirkan pada tahun 244
H/858M di salah satu kota kecil di wilayah Persia, yakni di
Thus dekat kota Baidha (sekarang berada di
wilayah Barat Daya Iran).[1]
Al-Hallaj merupakan salah satu tokoh sufi
yang sangat dikenal sampai sekarang, pemikiran beliau dikaji oleh banyak orang
dari berbagai macam golongan. Salah satu ajaran beliau yang sangat sering kita
dengar adalah hulul.
Menurut Nashiruddin
al-Thusiy sebagaimana dikutip oleh Abdul Qadir Mahmud, hulul adalah
ajaran yang mengatakan bahwa Tuhan memilih tubuh manusia tertentu untuk
mengambil tempat didalamnya setelah sifat-sifat kemanusiaan yang ada didalam
tubuh itu
dilenyapkan.[2]
Selain hulul al-Hallaj juga memiliki penafsiran yang cukup menarik perihal
Iblis yang menentang perintah Allah untuk bersujud kepada nabi Adam AS.
Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa dahulu kala Allah SWT memerintahkan
makhluk-makhluk-Nya untuk bersujud kepada nabi Adam AS, hanya satu makhluk yang
membangkang untuk bersujud, yaitu Iblis bahkan ia mengatakan bahwa dirinya
lebih mulia dari nabi Adam AS, karena ia diciptakan dari api, sedangakan nabi Adam
diciptakan dari tanah liat. Pembangkangan ini membuat Allah SWT mengusir Iblis
dari surga, sejatinya dahulu Iblis adalah salah satu malaikat Allah yang cukup
terpandang dan nama aslinya adalah Azazil, namun pada akhirnya Allah
menghinakan derajatnya karena pembangkangan yang ia lakukan.
Menurut al-Hallaj, apa yang dilakukan oleh Iblis bukanlah bentuk
pembangkangan, akan tetapi justru menjadi bukti keteguhan tauhid dirinya.
Karena bagi Iblis, yang pantas untuk disembah adalah Allah SWT, dan tidak ada dzat
yang berhak untuk disembah selain diri-Nya. Bahkan Al-Hallaj mengapresiasi dan
takjub akan kemurnian tauhid dari iblis, dalam kitabnya yang berjudul Thawasin ia mengatakan “ma kana fi ahli sama’i muwahhidun mitsla
iblis”( tidak ada penduduk surga yang memiliki ketauhidan murni kepada
Allah seperti Iblis ). Sedangkan interupsi dari iblis bahwa ia lebih mulia
karena diciptakan dari api sedangkan Adam AS diciptakan dari tanah liat
hanyalah bentuk legitimasi atas penolakan yang dilakukannya dapat dimaklumi oleh
Allah SWT. Namun pada akhirnya iblis tetap mendapatkan predikat sebagai mahluk
pembangkang dan durhaka kepada Allah, namun tak bisa dipungkiri bahwa di sisi
lain Allah SWT masih mengabulkan permintaan dari iblis agar hidup kekal sampai
hari kiamat. Pada hakikatnya perintah Allah SWT kepada para malaikat untuk
bersujud kepada nabi Adam bukanlah bentuk dari peribadatan, melainkan bentuk
penghormatan kepada nabi Adam AS.
Manusia yang merasa tauhidnya tinggi, tidak perlu merasa hebat, karena tidak akan bisa mengalahkan iblis dalam hal menauhidkan Allah
Pelajaran penting bagi kita
semua bahwa sejatinya iblis adalah makhluk yang dihormati pada awal mula
diciptakan, namun karena pembangkangan dan kesombongan yang ia lakukan, Allah menjadikannya
mahluk yang dihinakan, maka manusia yang merasa tauhidnya tinggi, tidak perlu
merasa hebat, karena kamu tidak akan bisa mengalahkan iblis dalam hal
menauhidkan Allah, hanya saja iblis itu sombong dan itulah yang menjadikan
iblis dihinakan. Jadi apabila ada
manusia yang merasa tauhidnya sudah berada pada puncak, Allah dijadikan nomor
satu, merasa segala perjuangannya hanya karena Allah namun masih memiliki sifat
sombong, maka tak ada bedanya ia dengan iblis.
[1]
E.J Brills, First Encyclopaedia Of
Islam, Vol.3,
(Leiden-New York-Koln,1993), h. 239.
[2]
Abdul Qadir Mahmud, Al-Falsafah Al-Shufyah f
al-Islam,
(Kairo: Dar Al Fikri al Arabiy, Kairo, tt), h. 336.
0 Comments