ZDIRY-TUFWT-EBONM-EYJ00-IDBLANTER.COM
ZDIRY-TUFWT-EBONM-EYJ00
BLANTERWISDOM105

AL HALAJ, BERGURU TAUHID KEPADA IBLIS

Rabu, 09 September 2020

 


Nama lengkapnya adalah Abu al-Mughis al-Husain bin Mansur bin Muhammad al-Baidawi, dan lebih dikenal dengan nama al-Hallaj. Dia dilahirkan pada tahun 244 H/858M di salah satu kota kecil di wilayah Persia, yakni di Thus dekat kota Baidha (sekarang berada di  wilayah Barat Daya Iran).[1]

Al-Hallaj merupakan salah satu tokoh sufi yang sangat dikenal sampai sekarang, pemikiran beliau dikaji oleh banyak orang dari berbagai macam golongan. Salah satu ajaran beliau yang sangat sering kita dengar adalah hulul.

Menurut Nashiruddin al-Thusiy sebagaimana dikutip oleh Abdul Qadir Mahmud, hulul adalah ajaran yang mengatakan bahwa Tuhan memilih tubuh manusia tertentu untuk mengambil tempat didalamnya setelah sifat-sifat kemanusiaan yang ada didalam tubuh itu dilenyapkan.[2]

Selain hulul al-Hallaj juga memiliki penafsiran yang cukup menarik perihal Iblis yang menentang perintah Allah untuk bersujud kepada nabi Adam AS. Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa dahulu kala Allah SWT memerintahkan makhluk-makhluk-Nya untuk bersujud kepada nabi Adam AS, hanya satu makhluk yang membangkang untuk bersujud, yaitu Iblis bahkan ia mengatakan bahwa dirinya lebih mulia dari nabi Adam AS, karena ia diciptakan dari api, sedangakan nabi Adam diciptakan dari tanah liat. Pembangkangan ini membuat Allah SWT mengusir Iblis dari surga, sejatinya dahulu Iblis adalah salah satu malaikat Allah yang cukup terpandang dan nama aslinya adalah Azazil, namun pada akhirnya Allah menghinakan derajatnya karena pembangkangan yang ia lakukan.

Menurut al-Hallaj, apa  yang dilakukan oleh Iblis bukanlah bentuk pembangkangan, akan tetapi justru menjadi bukti keteguhan tauhid dirinya. Karena bagi Iblis, yang pantas untuk disembah adalah Allah SWT, dan tidak ada dzat yang berhak untuk disembah selain diri-Nya. Bahkan Al-Hallaj mengapresiasi dan takjub akan kemurnian tauhid dari iblis, dalam kitabnya yang berjudul Thawasin ia mengatakan “ma kana fi ahli sama’i muwahhidun mitsla iblis”( tidak ada penduduk surga yang memiliki ketauhidan murni kepada Allah seperti Iblis ). Sedangkan interupsi dari iblis bahwa ia lebih mulia karena diciptakan dari api sedangkan Adam AS diciptakan dari tanah liat hanyalah bentuk legitimasi atas penolakan yang dilakukannya dapat dimaklumi oleh Allah SWT. Namun pada akhirnya iblis tetap mendapatkan predikat sebagai mahluk pembangkang dan durhaka kepada Allah, namun tak bisa dipungkiri bahwa di sisi lain Allah SWT masih mengabulkan permintaan dari iblis agar hidup kekal sampai hari kiamat. Pada hakikatnya perintah Allah SWT kepada para malaikat untuk bersujud kepada nabi Adam bukanlah bentuk dari peribadatan, melainkan bentuk penghormatan kepada nabi Adam AS.

Manusia yang merasa tauhidnya tinggi, tidak perlu merasa hebat, karena tidak akan bisa mengalahkan iblis dalam hal menauhidkan Allah

Pelajaran penting bagi kita semua bahwa sejatinya iblis adalah makhluk yang dihormati pada awal mula diciptakan, namun karena pembangkangan dan kesombongan yang ia lakukan, Allah menjadikannya mahluk yang dihinakan, maka manusia yang merasa tauhidnya tinggi, tidak perlu merasa hebat, karena kamu tidak akan bisa mengalahkan iblis dalam hal menauhidkan Allah, hanya saja iblis itu sombong dan itulah yang menjadikan iblis dihinakan. Jadi  apabila ada manusia yang merasa tauhidnya sudah berada pada puncak, Allah dijadikan nomor satu, merasa segala perjuangannya hanya karena Allah namun masih memiliki sifat sombong, maka tak ada bedanya ia dengan iblis.

Ditulis oleh : FORSAMI (Forum Santri dan Alumni)

[1] E.J Brills, First Encyclopaedia Of Islam, Vol.3, (Leiden-New York-Koln,1993), h. 239.

[2] Abdul Qadir Mahmud, Al-Falsafah Al-Shufyah f al-Islam, (Kairo: Dar Al Fikri al Arabiy, Kairo, tt), h. 336.

Share This :

0 Comments