Bapak KH. Bakri merupakan salah satu sosok pribadi yang sederhana dan kharismatik. Beliau dalam merintis berdirinya madrasah salafiyah di Simbang Kulon hanya berbekal ketulusan hati, ikhlas, dan khusnuniyah. Obsesi beliau hanya untuk menghidupkan ilmu agama dan pengamalannya. KH. Bakri Hamzah lahir pada malam Rabu sekitar tahun 1918 M. Ayahnya bernama H. Hamzah dan Ibunya bernama Hj. Shofiyah.
Riwayat Pendidikan
Seperti umumnya anak-anak pada masa itu, Thohuri –nama kecil Bakri Hamzah- belajar di Madrasah Diniyah Banyurip, adapun salah satu teman sekelas beliau adalah KH. Zaini bin Asyhuri Banyurip. Selanjutnya Bakri Hamzah melanjutkan belajar di pesantren yang diasuh Mbah KH. Anwar Wonopringgo, di situlah beliau mulai belajar dasar-dasar ilmu agama. Di tengah-tengah kesibukannya nyantri di Wonopringgo, beliau diajak oleh Ibundanya yang sudah menjanda untuk menunaikan ibadah haji dan saat itu beliau masih berusia 16 tahun.
Setelah selesai di Wonopringgo, beliau melanjutkan nyantri di Pondok Pesantren Kaliwungu, asuhan Mbah Ky. Rukyat. Di sana beliau mandalami kitab-kitab fiqih, hadis, dan kitab-kitab ilmu alat. Sedangan dalam mempelajar ilmu Al-Qur’an seperti ilmu tafsir dan ilmu-ilmu qiroat, beliau berguru kepada Mbah Ky. Syukur.
Kehidupan Rumah Tangga
Sepulang nyantri di Kaliwungu, H. Bakri Hamzah menikah dengan Ibu Mahmudah, putri dari KH. Abdurrahman, dan dikaruniai seorang putra serta dua orang putri. Setelah Ibu Mahmudah meninggal dunia, beliau menikah lagi dengan Ibu Hj. Alfiyah, dengan istri kedua beliau dikaruniai tiga orang putra dan tiga orang putri.
Cikal Bakal Madrasah Salafiyah Simbangkulon
Pada sekitar tahun 1949, KH. Bakri Hamzah mulai mengadakan kegiatan mengajar yang bertempat di rumahnya sendiri hanya dengan beberapa murid, di antaranya adalah KH. Khudlori Tabri, KH. Usman Khariri beserta masyarakat di sekitar lingkungan beliau tinggal. Namun, karena jumlah muridnya semakin banyak, maka masyarakat memberikan respon positif dengan mendirikan madrasah pada sekitaran tahun 1954 M.
Kepribadian KH. Bakri Hamzah
KH. Bakri Hamzah merupakan salah satu figur yang dituakan oleh warga Simbang Kulon. Namun, karena karakter tasamuh yang melekat pada beliau, membuat beliau masih mau mendengar dan menghormati pendapat mereka yang lebih muda. Hal ini dikarenakan, upaya beliau dalam memberi kesempatan kepada yang lebih muda dan yang lebih berpotensi agar bisa tampil ke depan.
Karakter tasamuh yang melekat pada beliau, membuat beliau masih mau mendengar dan menghormati pendapat mereka yang lebih muda. Hal ini dikarenakan, upaya beliau dalam memberi kesempatan kepada yang lebih muda dan yang lebih berpotensi agar bisa tampil ke depan.
Berkat sikap tasamuh yang beliau miliki dan daya adaptasi yang kuat, menyebabkan beliau mampu untuk bersosialisasi dengan semua lapisan masyarakat. Hal ini merupakan salah satu faktor yang menjadikan keberadaan madrasah yang diasuhnya bisa diterima oleh masyarakat, sehingga setiap langkah atau kebijakan yang beliau ambil untuk madrasah, bisa mendapat respon positif dari masyarakat sekitar.
Kiprah dan Pengabdian
Pada awal berdirinya madrasah, beliau mencurahkan hampir seluruh waktunya untuk kepentingan madrasah. Namun, setelah proses belajar mengajar di madrasah sudah berjalan dengan lancar, mulailah beliau bisa membagi waktu untuk keluarga dan berkhidmah kepada masyarakat.
KH. Bakri Hamzah adalah orang yang disiplin dalam memanajemen kegiatan beliau, misalnya tiap hari Selasa beliau meminta untuk tidak diberi jadwal mengajar di madrasah karena beliau mengkhususkan hari itu untuk berkhidmah kepada masyarakat.
Pada sekitar tahun 1970-an KH. Bakri Hamzah belajar ilmu thoriqoh dan mendapat ijazah mursyid Aliran Thoriqoh Qodiriyah wan Naqsyabandiyah dari gurunya bernama Mbah KH. Muslih bin Abdurrahman Mranggen. Setelah mendapat ijazah mursyid, beliau sering membaiat santri-santrinya yang ingin masuk thoriqoh. Setiap hari Kamis wage sore dan malam Jumat kliwon, beliau aktif melakukan khataman khowajikan (tawajuhan). Dalam sanad mursyid thoriqoh, beliau masuk dalam generasi yang ke-36. Dari Mbah Muslih, beliau juga medapat ijazah Shohih Bukhori dan Shohih Muslim.
Menjelang Akhir Hayat
Tiga hari menjelang wafatnya KH. Bakri, tepatnya pada malam Kamis jam 8 malam tanggal 9 Dzulhijjah, dihadapan KH. Ilyas A. Jaza, KH. Nasri Daimun, Ust. Muslih Khudlori, Ust Mahrus Khudlori, dan Ust. Imron, KH. Bakri Hamzah berpesan agar Takhasus (MAK) dipercayakan kepada KH. Nasri Daimun dan Ust. Muslih Khudlori.
Pada hari Ahad wage jam 07.30 tanggal 12 Dzulhijjah 1420 H bertepatan pada tanggal 19 Maret 2000 M, beliau menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit Kraton Pekalongan. Jenazah beliau di sholati dalam tujuh gelombang, lima gelombang di Masjid Jami’ Simbang Kulon dan dua gelombang di Pemakaman Mbah Jian Simbang Kulon, tempat beliau disemanyamkan.
Sumber : Buletin Atsar
Share This :
Mari senantiasa kita kirimkan doa kepada beliau sebagai bentuk rasa terimakasih kita kepada beliau..
BalasHapus