.
Mental yang baik sangat penting dalam Islam. Disebutkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Apabila dua orang Islam yang bertengkar dengan pedangnya, maka orang yang membunuh dan yang terbunuh sama-sama berada di dalam neraka". Para sahabat heran. Seorang sahabat bertanya, "Pantas jika yang membunuh berada di neraka. Namun, bagaimana dg yang dibunuh? (Kok jg di neraka).Beliau menjawab, "Yang dibunuh juga memiliki keinginan kuat utk membunuh sahabatnya." (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari no. 31 dan Muslim no. 2888)
Dia kaya, tapi tidak pernah zakat, dia haji, tapi jarang pergi ke masjid, maka patut kita tanyakan. Apa motif kita mengatakan hal tersebut?
Di sini terlihat bagaimana penekanan mental dalam Islam. Meskipun dibunuh, namun jika mentalnya adalah mental pembunuh, maka ia pada hakikatnya juga pembunuh, meski takdir atau nasibnya dibunuh. Pemahaman mental ini bisa sangat meluas. Ketika kita mengkritik teman atau orang di sekitar kita, "Dia kaya, tapi tidak pernah zakat.", "Dia haji, tapi jarang pergi ke masjid.", maka patut kita tanyakan. Apa motif kita mengatakan hal tersebut?
Jika motif kita untuk kebaikan dan nasehat untuk orang tersebut, maka tidak elok kita menyebar aibnya di hadapan banyak orang. Lebih parah, jika motifnya karena kita iri dengan hartanya, dengan kedudukannya, maka kita bermental serakah, ingin juga kaya seperti dia.Bisa jadi kita menjelek-jelekkan orang yg hidupnya mapan dengan dalih menjelekkan kekurangannya dalam ibadah atau bermasyarakat, namun hakikatnya hal tersebut karena kita memiliki mental iri dengan rizki orang lain. Na'uudzu bilLaah.
Termasuk ketika kita ikut demo, atau ngobrol mengkritik Pemerintah, DPR, atau Pimpinan tempat kita bekerja. Jika niat kita ingin menasehati mereka, beramar makruf nahi munkar, maka semestinya kita mengluarkan kata kata kasar, seperti "Bunuh pejabat!" "Gantung dia!" "Pejabat tidak becus!" dan lain sebagainya.Karena mengingatkan pejabat artinya berangkat dari rasa sayang. Melihat mereka tidak melaksanakan tugasnya dengan baik, maka kita ingatkan. Tentu, karena dari rasa sayang, kita ingatkan mereka. Akan tetapi, jika mental kita karena iri, karena mereka hidup enak, kita hidup susah, itu artinya secara mental kita juga ingin mendapatkan sesuatu dari negara, mendapatkan keuntungan dari jabatan negara. Mendapatkan keuntungan dari jabatan.
Mental kita sama dengan mereka. Hanya saja, nasib kita saja yang tidak seperti mereka.Meski nasib tidak sama, mari kita ulang hadis di atas."Pembunuh dan yang dibunuh berada di neraka." Karena apa? Karena "Yang dibunuh juga ingin membunuh saudaranya."Dua nasib, mental sama, maka juga akan diancam dg siksa yang sama. Oleh karena itu, marilah kita bentuk mental kita sebagai hamba Allah. Hamba yang hanya butuh pertolongan Allah. Hamba yang hanya bergantung penuh kepada Allah
Semoga Allah menerima kita sebagai hamba-hamba-Nya. Aamiin
Wallaahu A'lam
Penulis : Muhammad Ibnu Salamah
Share This :
MasyaAllah sangat bermanfaat sekali sahabat,. Trimakasih team media ansor
BalasHapusMasyaAllah sangat bermanfaat sekali sahabat,. Trimakasih team media ansor
BalasHapus