ZDIRY-TUFWT-EBONM-EYJ00-IDBLANTER.COM
ZDIRY-TUFWT-EBONM-EYJ00
BLANTERWISDOM105

TOKOH NU YANG TENGGELAM SEJARAHNYA (BIOGRAFI SINGKAT H.M SUBHAN ZE)

Jumat, 13 Desember 2019


H.M. Subchan ZE adalah salah satu tokoh NU kelahiran Kepanjen, Malang Selatan, 22 Mei 1931. Dari sejarah Subchan ini tergambar pergolakan yang terjadi pada sebuah organisasi kemasyarakatan yang terbesar di Tanah Air maupun konflik politik yang terjadi pada masa sebelum dan bedirinya Orde Baru. Dia muncul ketika pada masa akhir Orde Lama dan Orde Baru.
Subchan dibesarkan di lingkungan santri pada sebuah keluarga kaya di Kudus. Dia merupakan anak keempat dari 13 bersaudara keluarga H. Rochlan Ismail yang beristerikan Hj. Siti Masnichah. Ayahnya H. Rochlan Ismail, adalah seorang guru mubaligh, dan pedagang yang menjadi pengurus Muhammadiyah di Malang, sedangkan ibunya adalah seorang aktivis dan pengurus Aisyiyah (organisasi wanita yang otonom dalam Muhammadiyah) di kota yang sama. Akan tetapi, sejak kecil ia diangkat anak oleh saudara ayahnya yang tidak mempunyai keturanan, yaitu H Zaenuri Echsan, seorang pengusaha rokok kretek di Kudus. Oleh karena itulah di belakang namanya tercantum namanya Z.E (Zaenuri Echsan).
Ia dibesarkan di kota Kudus bagian Barat (kulon) yang nuansa Islamnya sangat kental, di tandai dengan banyaknya lembaga pendidikan Islam dan kostituen partai-partai Islam. Subchan dididik secara santri, meski hanya sempat tamat sampai kelas tujuh HIS Muhammadiyah. Tidak banyak data yang menyangkut pendidikan Subchan setelah menamatkan pendidikan dasarnya di Kudus. Di masa pecah revolusi fisik, Subchan bergabung dalam Angkatan Muda Republik Indonesia (AMRI) dan organisasi Barisan Pemberontak Rakyat Indonesia (BPRI) dipimpin Bung Tomo. Sebagai seorang pergerakan, Subchan mengikuti kuliah di Universitas Gadjah Mada meski sebagai mahasiswa pendengar.
Sejak kecil Subchan sudah diperkenalkan dan diberi kepercayaan untuk mengelola perusahaan rokok. Setelah pindah ke Jakarta, menurut beberapa cerita ia memiliki 28 perusahaan, dan kabarnya 8 perusahaan itu lebih banyak untuk membantu kegiatan NU. Subchan juga merambah bisnis di Timur Tengah.
Mulai dari usia 14 tahun oleh ayahnya Zaenuri Echsan ia ditugaskan untuk memimpin sebuah perusahaan rokok “Cap Kucing”. Pada usia 15 ia dan beberapa saudaranya sudah pergi ke Singapura untuk berjualan ban mobil dan truk, cengkeh dan cerutu. Pada saat Belanda memasuki Solo ia sudah bisa mengordinir adik- adiknya untuk berjualan cerutu, roti dan permen kepada prajurit Belanda. Setelah menginjak dewasa ia dan saudaranya kembali ke Semarang untuk mendirikan sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang ekspor dan impor. Selanjutnya ia ke Jakarta dan mendirikan perusahaan di sana, di sanalah ia berkenalan dengan salah satu pengurus KADIN (Kamar Dagang Indonesia) yang akhirnya nanti mereka bersama- sama mengurus KADIN. Saat itu ia sudah aktif dalam partai NU.
Subchan ZE memulai karir politiknya pada tahun 1953, ketika duduk sebagai pengurus Ma’arif NU di Semarang. Tiga tahun kemudian dalam kongres NU di Medan di mana Idham Kholid terpilih sebagai ketua PBNU, Subchan tiba-tiba muncul disebuah kongres sebagai NU muda yang dipandang amat potensial, sehingga dalam kepengurusan Idham, Subchan duduk sebagai ketua Departemen Ekonomi. Pada kongres berikutnya di Solo tahun 1962 Subchan terpilih sebagai ketua IV PBNU. Nama Subchan makin dikenal secara luas ketika di tahun 1965, NU dilihat sebagai kekuatan alternatif, di mana Subchan sebagai NU muda mampu menggerakkan massa melawan PKI. Menurut kesaksian banyak Subchan adalah orang yang cepat mengambil keputusan, cepat bertindak dan pengatur strategi yang baik.
Pada muktamar NU ke-24 di Bandung tahun 1967, Subchan naik sebagai Ketua PBNU, jabatan Kedua setelah Idham Chalid, pada muktamar NU ke-25 tahun 1971 jabatan ini masih dipercayakan kepada Subchan ZE. Tidak diragukan, yang paling mengesankan diantara pemimpin baru ini adalah Subchan ZE, pemimpin NU yang mengambil peranan peting dalam mengorganisir serangkaian demonstrasi yang mengantarkan kelahiran Orde Baru. Subchan adalah “orang luar” NU yang walaupun usianya masih muda, sejak pertengahan 1950-an telah menjadi ahli terkemuka dalam masalah ekonomi. Sebagai perantara budaya dan sosial, dia ternyata merupakan aset besar NU.
Subchan meninggal dalam usia yang relatif muda, ia meninggal dalam usia 42 tahun, saat menunaikan haji di Mekkah dalam sebuah kecelakaan mobil. Kematiannya yang tiba-tiba banyak mengejutkan banyak orang. Terutama para kalangan kaum muda yang selalu setia mengikutinya
Share This :

0 Comments